Fenomena Hujan Bintang Fortuner SUV Terbaik - Wah lihat berita di detik.com katanya tidak lama lagi di bulan oktober 2012 Indonesia kebagian jatah wilayahnya akan dihujani dengan "bintang". Kalau bintang jatuh sih saya pernah melihat tetapi jikalau "
hujan bintang" sepertinya sulit dipercaya oleh perkataan manusia. Mari kita membahas kok bisa terjadi hujan bintang di langit yang nampak atau bisa terlihat dibumi.
- Hujan Bintang dari Efek Kamera
Bintang
tampak berwujud garis, seperti titik-titik air hujan. Dengan latar
langit malam, galaksi Bimasakti dan sebuah masjid di Pulau Pramuka,
Minggu (3/7/2011).
Jika selama
ini hanya ada hujan meteor, maka kini ada "hujan bintang". Inilah yang
digambarkan dalam foto Muhammad Rayhan, salah satu penggerak Himpunan
Astronom Amatir Jakarta (HAAJ). Foto itu diambil di Pulau Pramuka,
Minggu (3/7/2011) lalu, bersamaan dengan kegiatan Science Camp yang
diadakan oleh FOSCA, sebuah kelompok Karya Ilmiah Remaja Jakarta.
Dalam
foto tersebut, bintang tampak berwujud garis, seperti titik-titik air
hujan. Dengan latar langit malam, galaksi Bimasakti dan sebuah masjid
di pulau tersebut, foto tampak eksotis. Warna garis bintang pun
beragam, ada yang berwarna putih terang seperti yang biasa dilihat, ada
pula yang berwarna merah dan keunguan.
Jangan menyangka hujan
bintang benar-benar terjadi. "Ini hanya judulnya saja," kata Rayhan.
Yang dihasilkan sebenarnya adalah
star trail, foto bintang berupa garis
yang didapat dengan long exprosure. "karena bintang selalu bergerak ke
barat, makanya fotonya ngetrail. Seperti foto kota malam hari yang
nge-trail lampu dari mobil," kata Rayhan.
Rayhan mengungkapkan,
banyaknya garis dalam foto menyatakan banyaknya bintang yang tertangkap
kamera. Terlihat dalam foto bahwa garis bintang memiliki panjang
tertentu. Rayhan yang dihubungi hari ini (10/7/2011) mengatakan,
panjang pendeknya garis menyatakan seberapa lama pencahayaan sensor
kamera atau
exposure time.
Setiap garis juga mempunyai
warna yang berbeda. "Ini karena warna bintang memang berbeda-beda. Suhu
bintang kan memang berbeda, maka representasi warnanya juga berbeda.
Me-Ji-Ku-Hi-Bi-Ni-U. Merah suhunya paling dingin dan ungu suhunya
paling panas" kata Rayhan yang juga menjadi mahasiswa Jurusan Filsafat
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.
Foto hujan bintang hanya
salah satu dari karya astrofotografi Rayhan. Dalam momen gerhana bulan
total yang terjadi bulan Juni kemarin, Rayha juga berhasil mengabadikan
gerhana pada setiap fasenya. Beberapa foto lain adalah Bimasakti.
Jupiter hingga polusi cahaya yang ada di kota besar macam Jakarta.
Dalam
Science Camp kemarin, Rayhan menjadi observer bagi siswa-siswa anggota
FOSCA yang meneliti tentang biota laut. Pada saat yang sama, Rayhan
juga memiliki agenda Rukyatul Hilal bersama tim Planetarium Jakarta
untuk hilal Bulan Syaban kemarin. Ke depan, rayhan juga akan mengisi
materi tentang Hisab Rkyat dalam pertemuan rutin HAAJ.
sumber asli ;
>> http://sains.kompas.com/read/2011/07/10/13495365/Hujan.Bintang.di.Pulau.Pramuka
- Hujan Bintang dalam Al-Quran ;
Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar
setan dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
(surat 67:5).
Dan sesungguhnya kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang
(di langit) dan kami telah menghiasi langit itu bagi orang yang
memandangnya. Dan kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk.
Kecuali setan yang mencuri dengar (di langit) lalu dia dikejar oleh
semburan api yang terang. (QS: 15:16-18).
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاء الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِّلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ
السَّعِيرِ
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat
pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang
menyala-nyala. " (QS. 67:5)
Dalam Alqur’an diceritakan fungsi bintang dilangit yaitu :
1. sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
"Allah
menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang mereka dapat gunakan
sebagai petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda di langit" (QS. An Nahl: 16)
2. sebagai penerang dan penghias langit dunia.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al Mulk: 5)
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
”
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” (QS. Ash Shofaat: 6)
3. Untuk melempar setan-setan yang akan mencuri berita langitHal ini sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ“
Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
*) Catatan ada keterangan, bahwa tafsiran ayat ini keliru, berikut keterangannya.
Pengertian menurut Bahasa dan Istilah ; Allah SWT dalam ayat ini menggunakan kata mashabiih sebagai ungkapan yang kemudian sering diartikan sebagai bintang-bintang. Bentuk mufrad-nya (tunggal) adalah mishbah.
Di dalam kamus, kata mishbah diartikan sebagai lampu, pelita, cahaya
dan sesuatu yang menerangi. Sebenarnya ada kata lain untuk menyebut
bintang di dalam bahasa arab, yaitu najm. Dan Al-Quran punya satu surat yang judulnya An-Najm. Bahkan ada kata najm yang maknanya bukan bintang, melainkan sering dipahami sebagai meteor, yaitu kata an-najmuts-tsaqib. Di dalam terjemahan sering diartikan sebagai bintang yang menembus. Namun khusus pada ayat yang anda tanyakan, Allah SWT menggunakan istilah mishbah, yang artinya penerang atau lampu.
Setelah saya kutipkan penjelasan mengenai jin versi buku Maulana
Muhammad Ali (MMA), berikut ini saya kemukakan pendapat MMA lainnya.
Penjelasan yang juga super jenius untuk menghapuskan kesalahpahaman kita
selama ini akan panah berapi yang digunakan untuk mengusir setan-setan
yang mencuri dengar berita dari langit. Sebagai informasi untuk anda,
dalam terjemahan Alquran versi Departemen Agama Republik Indonesia
tertulis bahwa Tuhan menghiasi langit dengan bintang–bintang yang
berfungsi sebagai alat pelempar setan.
Sesungguhnya kami telah menghiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang dan kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar
setan dan kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
(surat 67:5).
Dan sesungguhnya kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang
(di langit) dan kami telah menghiasi langit itu bagi orang yang
memandangnya. Dan kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk.
Kecuali setan yang mencuri dengar (di langit) lalu dia dikejar oleh
semburan api yang terang. (QS: 15:16-18).
a. Pendapat Maulana Muhammad Ali
Adanya cerita bahwa jin / setan mencuri-curi dengar rahasia
langit timbul sebagai akibat dari kesalahpahaman dari kata-kata
tertentu, terutama kata shaitan dan rajm. Kata setan / jin
sebagaimana telah dibahas telah diakui oleh para ahli digunakan sebagai
sebutan bagi pemimpin kaum munafik / orang-orang yang memusuhi Nabi
Muhammad “dan ketika mereka menyendiri bersama setan-setan (pemimpin)
mereka, mereka berkata kami adalah pengikut kalian “(Alquran 2:14).
Semua penafsir Alquran menyetujui bahwa kata “by their devils” maksudnya
adalah pemimpin mereka dalam kekafiran. Oposisi ke Nabi Muhammad timbul
dari dua lapisan, dalam hal politik dan dalam hal kepercayaan /
perdukunan (kahin). Mudahnya begini, munculnya Islam berarti kematian
bagi semua kepercayaan / tahayul, dan mengingat keberadaan perdukunan
adalah salah satu tahayul terbesar, para dukun itu tentu matia-matian
melawan Nabi.
Penjelasan Para dukun itu biasa mendapat kedudukan terhormat termasuk
juga harta dari para penganut mereka, yaitu sebagian besar penduduk
Mekkah. Sebagian penduduk Mekkah yang Islam tentunya tidak lagi percaya
dengan perdukunan karena Islam mengajarkan bahwa perdukunan adalah
dusta. Ini berarti berkuranglah harta dan tingkat penghormatan yang
selama ini dinikmati para dukun ini bukan? Dalam buku-buku yang ada
setahu saya kurang membahas permusuhan para dukun ini kepada Nabi
Muhammad.
Para dukun ini menipu orang-orang melalui pernyataan / pidato dengan
meramalkan Nabi Muhammad akan segera mati. Seperti halnya pemimpin dunia
politik (yaitu orang-orang munafik), para dukun ini disebut Quran juga
sebagai setan, karena mereka pun menyesatkan orang-orang dari kehidupan.
Kata Arab lain yang disalahpahamkan adalah rajam (digunakan dalam hubungan dengan setan-setan atau para dukun. Rajm
tidak diragukan lagi berarti melempar batu (merajam), tapi ini juga
digunakan untuk menunjukan ramalan (zann), tahayul (tawahhum), menghina
atau mengusir (Al-Mufridat fi Gharibi-l-Quran, of Imam Abu-l-Qasim
al-Husain ibn Abu-l-Fadzl al-Raghib). Kata rajm yang berarti
ramalan misalnya di 18:22 “membuat ramalan atas apa yang tidak
diketahui” dan berarti menghina dalam 19:46 dalam kata la –arjumanna-ka
yang diterjemahkan sebagai “Saya akan mengatakan kepadamu dalam kalimat
yang tidak kamu sukai”. Dan ditambahkan bahwa setan atau iblis disebut
rajm, oleh sebab “dia diusir Tuhan dari tempat yang mulia / Surga
(Mala’al-a’la).
Dua kata yang diterangkan di atas rajm dan shaitan mucul di
ayat berikut: dan kami telah menghiasi langit yang dekat dengan cahaya /
bintang dan menjadikannya sebagai rujum-an l-l-shayatin,”dimana
diterjemahkan secara salah sebagai pelempar untuk para setan / jin.
Seharusnya itu diterjemahkan sebagai ramalan untuk setan / kahin, yaitu
para dukun dan ahli perbintangan. Bukti berikut diterima oleh
ahli terbaik “kami menjadikan cahaya / bintang sebagai alat ramalan
untuk manusia setan yaitu ahli ramalan bintang” (Lane’s Arabic English
Lexicon, Taj al-Arus, oleh Abu-l-Faidz Sayyid Muhammad Murtadza
al-Husaini). Komentator yang lain menyatakan “bahwa artinya adalah kami
menjadikannya sehingga manusia-manusia setan (astrologer) membuat
ramalan darinya”. Ibnu Athir memberikan penjelasan berikut: “ seperti
dikatakan by rujum artinya ramalan yang dibuat, dan apa yang ahli
ramalan bintang ramalkan yang ditafsirkan dari kombinasi bintang-bintang
dan peredarannya, inilah yang disebut sebagai mereka adalah setan,
mereka setan-setan dari jenis manusia.
Dan dinyatakan dalam beberapa hadist bahwa siapapun yang mempelajari
astrologi atau perdukunan, dan tukang ramal itu adalah kahin dan kahin
itu adalah tahayul dan tahayul itu seorang yang tidak beriman, maka
tukang ramal yang menyatakan memperoleh pengetahuan tentang bintang
untuk meramalkan kejadian masa depan dan menjadikannya sebagai rujukan
mana yang baik dan mana yang buruk, dinamakan sebagai kafir.
Ayat Alquran yang mengutuk praktek perdukunan telah
disalahartikan dimana beberapa penafsir menyebut bintang-bintang
diciptakan sebagai pelempar untuk setan-setan (jin) yang naik ke langit. Referensi untuk topik ini terkandung dalam dua tempat yang lain dalam Alquran:
“Sesungguhnya kami telah menghias langi yang terdekat dengan
hiasan yaitu bintang-bintang, dan telah (dipelihara) dari setan-setan
yang sangat durhaka, setan-setan itu tidak dapat mendengar (pembicaraan)
para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru untuk mengusir
mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi bagi mereka yang
berhasil mencuri (pembicaraan) maka ia segera dikejar oleh suluh api
yang cemerlang (QS 37:6-10)
“Dan sesungguhnya kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang
(di langit) dan kami telah menghiasi langit itu bagi orang yang
memandangnya. Dan kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk.
Kecuali setan yang mencuri dengar (di langit) lalu dia dikejar oleh
semburan api yang terang. (Alquran: “ 15:16-18)
Catatan kaki:
Bahasa Arab yang diterjemahkan sebagai “brightly
shining flame” adalah shihab dan thaqib. Yang pertama mempunyai arti api
yang menyala (Lane’s Arabic English Lexicon, bandingkan dengan surat 27
ayat 7 dimana Nabi Musa diceritakan membawa sebuah obor (api yang
menyala); sementara yang thaqib mempunyai arti menerangi kegelapan atau
terang benderang (Lane’s Arabic English Lexicon) – maksudnya
adalah dusta para dukun itu lenyap setelah datangnya Islam seperti
kegelapan yang hilang terkena cahaya (Nur Islam) yang benderang.
Dalam kedua kejadian itu, prinsipnya sekali lagi dinyatakan secara
tegas bahwa para tukang ramal dan dukun tidak punya akses ke langit atau
bintang dimana mereka mendasarkan ramalan mereka; dan mereka juga yang
disebut sebagai setan terkutuk (rebellious devils) “mereka tidak dapat
mendengar berita dari langit.“ tapi kita juga diberitahu bahwa “mereka
berusaha mendekati langit dari semua sisi, tapi kemudian diusir, yaitu
pernyataan mereka tidak memberikan penghormatan ke mereka dan mereka
berulang-ulang mendekati oleh karena yang mereka nyatakan tidak benar
dan oleh karenanya mereka hidup dalam penderitaan yang berkepanjangan.
Namun ada pengecualian sekali-kali ramalan mereka benar. Arti snactching
away (mengambil) dari para tukang ramal ini, setelah dikatakan bahwa
mereka berulang-ulang mendekati dari semua sisi dan diusir, secara jelas
tidak berarti apapun kecuali bahwa terkadang ramalan mereka menjadi
benar.
Ide yang sama sebagaimana dinyatakan dalam ayat kedua dengan kata
“dia yang mencuri dengar”. Tentu saja bukan berati bahwa rahasia langit
seolah-olah didiskusikan secara terbuka di langit sehingga setan yang
bersembunyi dapat mendengarnya. Pewahyuan dari langit sebagaimana
ditafsirkan oleh para ahli adalah melalui lubuk hati Nabi Muhammad
sehinga tidak mungkin terjadinya pengupingan dalam proses pewahyuan ini.
Ini juga ditegaskan oleh para ahli bahwa setan-setan tidak dapat naik
kelangit, sehingga mereka tidak punya akses ke rahasia langit. Jadi agak
menggelikan adanya kepercayaan kita selama ini bahwa setan-setan dapat
mendengar rahasia langit. Yang benar adalah dalam kedua ayat diatas,
yang dibicarakan adalah para dukun dan para peramal bintang. Para tukang
ramal terkadang berhasil meramalkan dan ini dimaksudkan bahwa ramalan
kadang menjadi benar, nyala api yang mengikuti artinya kegagalan yang
menyusulinya dan kekecewaan karena munculnya Islam yang menghancurkan
kepercayan terhadap para tukang ramal di masyarakat. Penggambaran atas
kebenaran spiritual dalam konsep hukum fisika yang umum di dunia juga
ada dalam kisah di Alquran; dan bahwa ini adalah kenyataan bahwa
kegelapan tahayul yang ditimbulkan oleh para tukang ramal dihancurkan
oleh cahaya Islam sehingga Islam dikatakan sebagai api atas kumpulan
sekam (jerami) yang berupa tahayul. Dan hari ini ramalan tersebut yang telah berhasil dihancurkan oleh Rosulullah, Muncul kembali, seperti zodiak dll
Selamat Berbagi dan Berkomentar jika ada yang perlu ditambahkan dari artikel "Fenomena Dibalik Hujan Bintang 2012, Terjawab !!"